Jumat, 04 Juni 2010

Kesehatan mental "khauf & raja'

by: Arie Pratama Putra
Khauf Dan Raja’ Dalam Kesehatan Mental

1. Pengertian Khauf Dan Raja’
Berjalan mendekatkan diri dan mencari keridloan Allah, dihadapan kita banyak dijumpai rintangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam diri kita, yang terang-terangan (yang disadari) maupun yang tersembunyi (tidak disadari). Untuk menghadapi itu semua maka kita harus mempunyai rasa takut terhadap amcaman azab Allah (Khauf) dan pengharapan terhadap rahmat Allah (Raja') serta memenuhi perimbangan antara khaf dan raja'.
a) Khauf.
Khauf adalah reaksi atas munculnya kekhawatiran akan terjadi sesuatu yang membahayakan, menghancurkan atau menyakitkan. Allah melarang takut terhadap pengikut syaithan dan memerintahkan hanya takut kepada-Nya.
b) Raja’
Raja’ atau berharap adalah prasangka baik seorang hamba kepada Rabbnya disaat rasa takut lebih mendominasi. Para salaf memperbesar rasa harapketika mendekati ajal yakni di saat mereka menghadapi rasa takut akan su’ul khatimah.
Raja’ adalah keinginan seorang terhadap sesuatu yang mungkin diperolehnya dalam waktu dekat atau jauh tapi diposisikan sebagai sesuatu yang dekat. Raja’ mengandung sikap merendah dan hal ini hanya untuk Allah . Siapa yang memalingkan kepada selain Allah maka bisa mengakibatkan syirik kecil atau besar tergantung hati orang yang mengharapkannya.
Allah berfirman,
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seseorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS.Al-Kahfi : 110)

2. Mempertemukan Khauf Dan raja’
Orang-orang shalih mendidik jiwa mereka dengan cara mengagumkan. Mereka berada diantara pintu Targhib (motivasi) dan pintu Tarhib (ancaman). Jika jiwanya menghadap Allah dengan ketaatan, mereka takut jika amalnya tidak diterima dan konsekuensi lainnya. Jika mereka mengikuti hawa nafsu mengambil dan condong kepadanya, maka segera menghentikannya dan timbul rasa takutnya.
Mereka takut kepada Allah , takut akan siksa-Nya. Lalu menindaklajuti rasa tkut akan ancaman Allah tersebut dengan Trghib terhadap apa-apa yang ada di sisi Allah .
Rahasia dari persoalan tersebut adalah jika seseorang hanya mengingat iming-iming akan karunia dan rahmat Allah saja maka dia akan merasa cukup dengan harapannya dan meninggalkan amal. Disaat itu mereka perlu menghadirkan rasa takut akan ancaman Allah .
Dan jika seseorang hanya mengingat ancaman Allah dan takut akan maker Allah kepada hamba-Nya ini bisa menyebabkan dia berputus asa dari rahmat Allah . Disaat itu mereka perlu menghadirkan rasa harap akan apa yang ada disisi Allah berupa luasnya karunia-Nya serta kesempurnaan rahmat-Nya. Beginilah mengkompromikan rasa takut dan harap.
Muhammad bin Wasi berkata ketika mendekati ajalnya,” Wahai saudaraku tahukah kalian, kemanakah dia akan membawaku?” Demi Allah hanya ada dua kemungkinan, ke neraka atau Allah mengampuniku.”

3. Khauf Dan Raja’ Dalam Kesehatan Mental
Dasar pentingnya memiliki rasa khauf dan raja’ adalah:
a) Agar terhindar dari kemaksiatan.
Sebab nafsu yang ada pada diri kita sangat cenderung melakukan perbuatan jahat, dan selalu bermain mata dengan fitnah. Seperti tidak ada henti-hentinya nafsu ini mendorong dan menarik kita pada perbuatan demikian. Oleh karena itu kita harus mengancam dan membuat nafsu itu menjadi takut, dengan cara mencambuk dan mendera, baik berupa ucapan tindakan maupun pikiran.
b) Agar tidak ujub atau berbangga diri/sombong pada ketaatan dan amal shalehnya.
Sebab jika sampai bersikap ujub, maka dapat menyebabkan celaka. Sekalipun kita sedang berbuat ketaatan, kita harus selalu waspada terhadap nafsu. Nafsu harus tetap dipaksa dengan dicela dan dihinakan tentang apa yang ada padanya, berupa kejahatannya, dosa-dosa dan berbagai macam bahayanya
c) Agar bersemangat dalam melakukan ketaatan.
Sebab berbuat baik itu beradan setan senantiasa mencegahnya, hawa nafsu tah henti-hentinya mengajak paa selain yang baik. Seperti keadaan kebanyakan orang yang lalai, mereka mempunyai watak menuruti hawa nafsu secara terang-terangan.Sedang pahala yang dicari dengan ketaatan itu tidak kelihatan mata dan bersifat gaib. Sementara jalan memperoleh pahala itu begitu jauh.
d) Agar merasa ringan menanggung berbagai kesulitan dan kesusuhan.
Barang siapa telah mengetahui kebaikan akan sesuatu yang menjadi tujuan, tentu menjadi ringan untuk mengeluarkan apa yang perlu diberikan. Ketika orang benar-benar menyukai sesuatu, tetnu ia sanggup memikul beban beratnya dan tidak akan peduli apa yang akan ia hadapi dan berapapun ongkosnya. Jika seorang telah benar-benar mencintai orang lain, tentu ia dengan senang hati ikut menanggung cobaan orang yang ia cintai itu. Bahkan merasa senang dengan cobaan itu.

Karena itu orang-orang yang memiliki dan mendapatkan hakikat dari rasa khauf dan raja’ seperti yang diuraikan di atas akan terjauhkan dari dasar gangguan kejiwaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar